Peradaban Hindu-Buddha terus berkembang di Sumatera dengan adanya berbagai situs peninggalan yang ditemukan di berbagai wilayah sumatera. Jambi sendiri di temukan situs Candi Muara Jambi, dimana banyak di temukan berbagai candi dan menapo yang di duga struktur candi. Eksistensi kerajaan yang ada di sumatera ini juga di buktikan dengan ditemukanya berbagai situs arkeologis berupa candi, Artefak, sampai Arca, adanya peninggalan ini menandakan bahwa kebudayaan agama Hindu-Buddha berkembang pesat di Sumatera. Situs Candi Muara Jambi di temukan berdekatan dengan Sungai Batang Hari, Candi Bahal di Sumatra Utara berdekatan dengan Sungai Batang Pane, Candi Pulau Sawah dan Padang Roco di Damasraya Sumatra Barat juga berada dekat dengan Hulu Sungai Batang Hari, serta Kerajaan Sriwijaya yang berdekatan dengan Sungai Musi. Dekatnya situs peninggalan candi dengan sungai, mengindikasikan bahwa sungai tidak bisa terlepas dari peradaban manusia pada saat itu, bahkan di KCBN Muara Jambi di temukan kanal dengan panjang kiloan meter. Fungsi sungai dalam buku Peradaban Masa Lalu Sumatera Selatan yang ditulis oleh Indriastuti, dkk ( 2015) di jelaskan bahwa sungai menjadi modal trasnportasi pada masa lalu. Selain itu kanal pada Candi Muara Jambi selain menjadi modal transportasi juga menjadi pengendali dan irigasi. Yang di maksud dengan kanal sebagai pengendali adalah daerah sepanjang Sungai Batang Hari akan mengalami situs banjir musiman per 5 atau 10 tahun sekali, sehingga dengan adanya kanal akan membantu mengurangi banjir yang terjadi. Selain itu juga berfungsi sebagai irigasi guna memenuhi kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari sampai pertanian.
Agama Hindu-Buddha masuk ke Nusantara diperkirakan sejak abad ke-2 M, agama ini terus berkembang dan mempengaruhi segala kegiatan masyarakat Nusantara yang sebelumnya memiliki kepercayaan animism dan dinamisme. Ajaran hindu-buddha terus berkembang sampai abad ke-5 M, hal ini di buktikan dengan adanya berdirinya Kerajaan Kutai. Dimana Kerajaan Kutai ini merupakan kerajaan tertua penganut agama Hindu yang diyakini sampai sekarang menjadi kerajaan pertama di Nusantara, besarnya pengaruh Agama Hindu-Buddha terus berkembang bahkan sampai ke Sumatera sekitar abad 6-7 M. hal ini juga dibuktikan dengan adanya Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan (Nastiti,2014), Kerajaan Melayu di Muaro Jambi, Kerajaan Panai di Sumatera Utara, dan Kerajaan Damasraya di Sumatra Barat.
Candi peninggalan masa kerajaan Buddha semuanya berada di tepi sungai, yang berarti
mengindikasikan bahwa sungai tidak lepas dari peradaban pada masa itu, bahkan pada masa itu
mereka melakukan anomali pada sungai yaitu terjadi pada sungai Batang Pane Sumatera Utara
dan hulu Sungai Batang Hari di Damasraya yang sungainya di buat lurus aliranya dengan
cekungan yang tajam akibat kebudayaan masyarakat pada daerah dekat candi. Adanya anomali
pada sungai ini menandakan bahwa pada masa itu masyarakat sangat membutuhkan sungai
dalam kehidupanya sampai menggali sungai baru untuk mendekatkan dengan candi yang mereka
buat. Sedangkan pada Taman Purbakala Sriwijaya Sumatera Selatan di buat kanal yang lurus
membelah daratan untuk mempermudah dan dapat di manfaatkan dalam berbagai hal, untuk
kepentingan pastinya belum di jelaskan.
Selain terjadi anomali sungai dan pembuatan kanal, peninggalan berupa candi juga
memiliki karakteristik budaya Hindu Buddha yang kental. Baik ajaran Hindu maupun Buddha,
khususnya ajaran Buddha Mahayana mengenal konsep Mahameru. Menurut Sarjanawati (2010),
Mahameru atau gunung meru menjadi pusat jagad raya (Mandala). Gunung ini menjadi tempat
tinggal para dewa, gunung ini dikelilingi oleh 4 gunung yang dipisahkan oleh 4 samudera susu
yang menghasilkan air yang suci. Adanya konsep ini menjadikan bentuk arsitek candi berbentuk
segi empat. Selain itu candi di muara jambi juga memiliki pagar, ada yang memiliki 2 pagar juga
yaitu bagian dalam dan bagian luar. Selain itu juga untuk memasuki kawasan candi harus
melewati pintu masuk atau gerbang utama, yang di halaman depanya biasanya terdapat
Dwarapala. Selain itu juga candi di muara jambi ini memiliki parit, karena adanya banjir
tahunan sehingga parit digunakan untuk menampung air. Candi yang terdapat di KCBN Muara
Jambi juga berada di sebelah timur dari Bukit Sengalo yang menjadi pusat mahameru di Muara
Jambi
Kebudayaan dan peradaban pada masa Hindu Buddha di Sumatera juga diyakini terus
berkembang dengan di temukanya berbagai macam peninggalan pada masa kerajaan. Selain
candi, arca, dan artefak, di kawasan Candi Muara Jambi juga di temukan tiga kolam, yaitu kolam
Pemandian Ayam, kolam Sangkar Ikan, dan Kolam Talago Rajo. Adanya kola mini
mengindikasikan juga kebiasaan masyarakat pada saat itu selain sebagai penegendali juga
sebagai aktivitas harian. Selain itu, dekatnya sungai terhadap kawasan candi tidak bisa
dilepaskan dengan kebudayaan. Hal ini terbukti dengan ditemukanya berbagai macam artefak
dari dinasti tang dan sun dari china di kawasan KCBN Muara Jambi, yang bisa di gunakan
sebagai data bahwa pada masa itu masyarakat sudah melakukan transaksi jual beli. Selain itu
dengan ditemukan arca Prajna Paramita di Candi Gumpung mengindikasikan bahwa candi
Muara Jambi juga menjadi tempat pembelajaran para biksu pada masa itu.
Sumber :
Indriastuti.K.,S.M.Siregar.,R.Purwanti.,M.N.Fahrozi.,A.Novita.,B.Wiyana.,W.R.Andhifani.,Ami
lda.,D.Irwanto.,B.Rudito., dan Saharudin.Peradaban Masa Lalu Sumatera
Selatan”.Palembang : Balai Arkeologi Palembang.
Nastiti.T.S.”Jejak-Jejak Peradaban Hindu-Buddha Di Nusantara”.Kalpataru, Majalah
Arkeologi.Vol 23(1) : 35-49.
Sarjanawati.S.W.2010.”Arca Dwarapala Pada Candi-Candu Buddha Di Jawa Tengah”.
Paramita.Vol 20(2): 158-168
Komentar
Posting Komentar